by

Laka Bus di Bantul, Komite Nasional Keselamatan Transportasi Lakukan Investigasi

Akuntabel.id, SOLO – Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah melakukan investigasi, terhadap bus yang mengalami kecelakaan di kawasan Bukit Bego, Jalan Dlingo-Imogiri, Kedungguweng, Kelurahan Wukirsari, Kabupaten Bantul, Yogyakarta pada Minggu (6/2/2022) lalu. Bus tersebut membawa rombongan wisatawan dari Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, yang hendak berpariwisata ke Yogyakarta.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Sub Komite Moda Investigasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), Ahmad Wildan mengatakan, dari hasil pemeriksaan bus dan saksi, pihaknya belum menyimpulkan apapun. Namun pihaknya telah melakukan pengecekan rute yang dilalui bus pariwisata GA Trans, dari Tebing Brexi, Heha Sky View, hingga ke Bukit Bego.

Dari jalurnya sendiri, rute tersebut tidak aman dilewati untuk bus besar, dilihat dari lebar jalannya dan tingkat kemiringannya. Selain itu dari pemeriksaan kendaraan, sistem rem, sambungan tabung angin tidak mengalami kebocoran. Sementara itu, dilihat dari kondisi roda, dan tromol bus masih dalam ambang batas normal.

“Anginnya masih ada, artinya tidak ada masalah, tidak ada kebocoran. Semua sistem bekerja dengan baik. Artinya bus itu harus bisa mengerem,” katanya, Jum’at (11/2/2022).

Sedangkan dari hasil pemeriksaan saksi yang ada didalam bus, Ahmad menyebut, jika bus melaju dijalan turunan menggunakan gigi 3, sehingga bus melaju cepat. Keterangan tersebut diperkuat dengan keterangan saksi lain yang saat itu berada di mobil belakang bus. Saksi tersebut mengatakan jika lampu rem bus menyala terus, tapi masih dalam keadaan melaju yang cepat.

“Padahal kondisi jalan menurun dan banyak tikungan. Saat ditikungan, pengemudi melakukan pengereman berkali-kali. Artinya sopir bus ini melakukan pengereman yang panjang,” ucapnya.

Mendekati titik jatuh, pengemudi kesulitan untuk melakukan pengereman, hingga akhirnya sopir berniat memindahkan gigi 3 ke gigi 2. Namun langkah itu gagal dilakukan, gigi tak masuk ke gigi 2 dan malah masuk ke gigi netral.

Ahmad menjelaskan, apabila kendaraan menurun dalam kondisi gigi netral, maka laju kendaraan akan lebih cepat lagi. Sebab, kendaraan tak bisa ditahan dengan mesin, jika dalam keadaan perseneling masuk gigi 2 atau 3.

“Sopir diduga panik, dan tidak sempat menarik tuas handbreak (rem tangan). Kami temukan tuas handbreak belum ditarik, dan saksi mengatakan iya,” jelasnya.

Dugaan rem blong ini terjadi bukan karena sistem pengeremannya, namun cara pengemudi mengendarai bus saat melaju.

“Sistem rem itu saat digas mengisi angin, dan saat ngerem membuang angin. Jadi pada menurun, sopir tidak punya kesempatan mengisi angin, dia meluncur bukan didorong putaran mesin tapi oleh gaya gravitasi. Tanpa ngegas kecepatannya tinggi. Karena dia turun terus dan ngerem terus, angin dibuang terus. Ketika angin sampai ambang batasnya 6 bar, atau di posisi dibawah 5 bar, maka dia tidak bisa ngerem,” tandasnya.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Terbaru