Akuntabel.id, SUKOHARJO – Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI) Komisariat Jawa Tengah yang diketuai oleh Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S melakukan penyuluhan terkait olahan hasil tani yaitu keripik pisang di Desa Jangglengan, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Minggu (13/2/2022). Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian khususnya pisang.
Menurut Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, kegiatan ini merupakan suatu usaha untuk mengembangkan akses masyarakat dan menggalang partisipasi masyarakat dalam pembinaan sumberdaya manusia yang ada sangat diperlukan. Usaha tersebut akan berhasil melalui beberapa program yang dirancang dan diimplementasikan secara bersama.
“Program yang diperlukan adalah pelatihan ketrampilan penggunaan teknologi tepat guna, pengenalan jenis usaha yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, pelatihan ketrampilan dalam pengelolaan dan pengetahuan pemasaran, terntama di sektor usaha padat karya seperti usaha jasa pelayanan untuk sektor industri pengolahan hasil pertanian seperti pisang,” terangnya.
Seperti diketahui, buah pisang mengandung gizi cukup tinggi, kolesterol rendah serta vitamin B6 dan vitamin C tinggi. Zat gizi terbesar pada buah pisang masak adalah kalium sebesar 373 miligram per 100 gram pisang, vitamin A 250-335 gram per 100 gram pisang dan klor sebesar 125 miligram per 100 gram pisang. Pisang juga merupakan sumber karbohidrat, vitaminn A dan C, serta mineral. Komponen karbohidrat terbesar pada buah pisang adalah pati pada daging buahnya, dan akan diubah menjadi sukrosa, glukosa dan fruktosa pada saat pisang matang (15-20 %).
Pembuatan kripik pisang menggunakan pisang yang tua dan segar. Buah pisang yang bagus untuk diolah menjadi keripik adalah pisang kepok, pisang raja, pisang tanduk.
“Salah satu pisang yang berpotensi untuk olahan kripik yaitu pisang kepok. Pisang kepok memiliki rasa yang khas yakni manis-manis jambu. Artinya rasa manis yang dihasilkan oleh pisang kepok berbeda dengan pisang barangan atau raja. Dengan memiliki rasa yang cukup manis dan juga tekstur yang bagus menjadi pilihan bagi pengusaha untuk memasarkan, mengolah maupun membudidayakan pisang kepok ini,” jelasnya.
Prof Bambang mengatakan, pengolahan pisang menjadi produk Keriping Pisang ini merupakan pengolahan yang menggunakan teknologi yang sederhana sehingga mudah untuk dikembangkan. Pengetahuan dan keterampilan pembuatan keripik pisang ini perlu diketahui.
Sehingga dilanjutkan Prof Bambang, keripik pisang sangat potensial untuk dikembangkan oleh kelompok wanita tani di Desa Janglengan, karena selain rasanya yang enak juga proses pengolahannya menggunakan teknologi yang sederhana. Pembuatan kripik pisang ini juga dapat dijadikan home industri karena pisang ini dapat dijumpai diseluruh daerah dan tanaman ini sangat mudah tumbuh. Pengolahan keripik pisang ini diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomis pisang dan menambah pendapatan rumah tangga petani.
Kegiatan ini di hadiri oleh Kepala Desa Jangglengan, Sutoyo. Menurut Sutoyo, Desa Jangglengan merupakan desa yang sedang mengembangkan agroekowisata. Selain itu pisang merupakan tanaman hortikultura yang banyak dibudidayakan oleh warga di Desa Jangglengan. Namun permasalahan pisang di Desa ini adalah budidaya yang terserang oleh penyakit dan pengelolaan pasca panen pisangnya.
Comment