Akuntabel.id, SUKOHARJO – Kasus Covid-19 khususnya di Sukoharjo sudah mengalami penurunan. Namun yang menjadi perhatian saat ini yakni merebaknya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak.
Hal tersebut lantas membuat peternak dan penjual sapi menangis. Terlebih saat ini menjelang Idul Adha, dimana menjadi momen untuk meraih keuntungan.
Seperti yang dirasakan peternak dan penjual sapi asal Kecamatan Nguter, Anton. Dia mengaku jauh hari sebelum Idul Adha, biasanya sudah mendapat orderan dari luar kota.
“PMK ini pengaruh sekali, karena biasanya momentum pembeli dari luar kota, tapi ini stop karena kendala di perjalanan,” ungkapnya saat ditemui di Pasar Hewan Bekonang, Mojolaban, Sukoharjo, Sabtu (14/5/2022).
Anton menyebut, ditahun-tahun sebelumnya, pembeli sapi dari luar kota mayoritas berasal dari Bandung dan Jakarta. Meski mengalami penurunan pembeli dari luar kota, namun harga sapi naik. Dari pasaran Rp18 juta dijual menjadi Rp20 juta.
Terpisah, Kepala UPTD Rumah Potong dan Pusat Kesehatan Hewan Sukoharjo drh. Leni Sri Lestari menjelaskan, tanda klinis penyakit penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak di antaranya demam tinggi, keluar lendir berlebihan dari mulut dan berbusa, luka-luka seperti sariawan pada rongga mulut dan lidah sehingga tidak mau makan. Lalu kaki pincang, luka pada kaki dan diakhiri lepasnya kuku dan kondisi lemas karena kurang makan.
“Antisipasinya kalau sudah mulai demam segera disuntik, karena itu virus tidak ada obatnya, tapi kalau diobati lebih awal tingkat kesembuhan lebih baik,” jelasnya.
Menurut Leni, tingkat penularan PMK itu sendiri berkisar pada 90 hingga 100 persen. Salah satunya melalui udara.
“Kena angin bisa jarak 120 kilometer, jangkauannya sangat luas,” tandasnya.
Comment